Entri Populer
Rabu, 09 November 2011
makalah tentang ZIARAH KUBUR
I. PENDAHULUAN
Bagi masyarakat
jawa makam merupakan tempat yang
dianggap suci dan keramat yang pantas dihormati terutama makam para tokoh-tokoh
yang di anggap berjasa bagi masyarakat tersebut atau biasanya makam para
waliyullah. Makam sebagai peristirahatan terakhir bagi nenek moyang,tokoh-tokoh
terdahulu dan keluarga yang telah meninggal. Keberadaan makam dari tokoh
tertentu dapat menimbulkan daya tarik bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas
ziarah dengan berbagai motivasi maka bagi masyarakat jawa ziarah kemakam sudah
menjadi kebiasaan dan kebutuhan untuk mendoakan makam yang di ziarahinya dan
agar dapat memetik pelajaran dari perziarahanya maupun peljaran dari seorang
kehidupan dulunya seorang tokoh tertentu.
II. DESKRISI KASUS
Kita sebagai
orang islam jawa pastinya mengakui adanya ziarah makam, dari pendahuluan di
atas kita dapat menganalisa bahwa zirah kubur itu dilakukan orang jawa atau
kita sebagai orang islam di ajarkan oleh nabi kita untuk berziarah?. Dan apakah
pandangan ziarah kemakam menurut pandangan jawa dan islam. Untuk membahas
tentang kasus diatas penulis akan membahasnya pada bab referensi dibawah ini.
III. PEMBAHASAN MASALAH
1.
Pengertian
Secara etimologi
ziarah kubur terdiiri dari dua kata yaitu ziarah artinya pergi dan kubur
artinya makam, jadi ziarah kubur artinya adalah pergi kemakam.
Dalam terminologi syar’i, ziarah kubur berarti:
Bepergian ke kuburan dalam rangka mengambil pelajaran, mendoakan dan memintakanampun bagi mayit sekaligus mengingatkan kepada akhirat dan berlaku zuhud di dunia, sebagaimana hal ini ditunjukkan oleh berbagai hadits serta perkataan para ulama yang akan kami ketengahkan dalam pembahasan
ini. Ash Shan’ani rahimahullah berkata,
“Ziarah kubur dilaksanakan dalam rangka mendoakan mayit, berbuat baik kepada mereka, serta dapat mengingatkan peziarah terhadap kehidupan akhirat agar berlaku zuhud di dunia” (Subulus Salam 1/73).
2.
Sejarah
dan Pandangan ziarah Menurut Orang Jawa
Ziarah kubur
merupakan satu dari sekian tradisi yang ada di jawa dan berkembang di
masyarakat jawa. Berbagai maksud dan tujuan maupun motivasi selalu menyertai
aktivitas ziarah kubur. Ziarah kubur yang dilakukan oleh masyarakat jawa ke
kuburan dianggap keramat sebenarnya ini terpengaruh jawa-Hindu. Ziarah kubur
sebenarnya adalah tradisi agama hindu yang pada masa lampau memuja terhadap roh
leluhur. Candi pada awalnya adalah tempat abu jens\azah raja-raja masa lampau
dan para generasi selanjutnya mengadakan pemujaan di tempat itu. Pada masa itu,
kedudukan raja masih dianggap sebagai titising dewa sehingga segala sesuatu
yang berhubungan dengan raja masih dianggap keramat termasuk makam.[1]
Kepercayaan masyarakat pada masa Jawa-Hindu
masih terbawa sampai saat ini. Banyak orang beranggapan bahwa dengan ziarah
kuburan leluhur atau tokoh magis tertentu dapat menimbulkan pengaruh tertentu.
Kisah keunggulan atau keistimewaan tokoh yang dimakamkan merupakan daya tarik
bagi masyarakat untuk mewujudkan keinginanya. Misalnya berziarah ke makan tokoh
yang pangkatnya tinggi, maka akan mendapatkan berkah berupa pangkat yang tinggi
pula.
Bagi masyarakat Jawa, ziarah secara umum
dilakukan pada pertengahan sampai akhir buln ruwah menjelang ramadhan. Pada
saat itu masyarakat secara bersama-sama satu dusun atau satu desa maupun
perorangan dengan saudara terdekat melakukan tradisi ziarah kubur. Kegiatan
ziarah kubur ini secara umum disebut nyadran. Kata nydran berarti selamatan
(sesaji) ing papang kang kramat selamatan (memberi sesaji) di tempat yang
angker maupun keramat.[2]
Kata nyadran juga mempunyai makna lain yaitu selamatan ing sasi ruwah nyelameti
para leluhur (kang lumrah ana ing kuburan utawa papan sing kramat ngiras
reresik tuwin ngirem kembang) ‘selamatan dibulan ruwah menghomati para
leluhur (biasanya di makam atau ditempat yang keramat sekaligus membersihkan
dan memberikan bunga).3
Di daerah-daerah yang mempunyai tempat
bersejarah, agak berbau angker, pantai-pantai, goa-goa, yang punyai kisah
tersendiri biasanya mempunyai upacara adat yang disebut nyadran,nyadran ini uga
mengandung makna religius. Ada yang dengan jalan memasang sesaji secara tiga
hari di tempat itu secara berturut-turut, ada yang melabuhkan makanan yang
telah di ramu dan di beri berbagai macam kembang. Dengan berkembangnya zaman,
berkembang pulalah pemahaman manusia tentang ziarah, bahkan muncul berbagai
maksud, tujuan, motivasi maupun daya tarik dari aktivitas ziarah ini.4
3.
Pandangan
Ziarah Menurut Agama Islam
Pensyariatan Ziarah Kubur
Di awal perkembangan Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh syariat
Pertimbangan akan timbulnya fitnah syrik di tengah umat menjadi faktor terlarangnya ziarah kubur di waktu itu.
Namun, seiring perkembangan dan kemajuan Islam, larangan ini dihapus dan syariat menganjurkan umat Islam untuk berziarah kubur agar mereka dapat mengambil pelajaran dari hal tersebut, diantaranya mengingat kematian yang pasti dan akan segera menjemput sehingga hal tersebut dapat melembutkan hati dan senantiasa mengingat kehidupan akhirat yang akan dijalani kelak
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Ziarahilah kubur, sesungguhnya hal itu
dapat melembutkan hati, meneteskan air mata dan mengingatkan pada kehidupan akhirat.
(Ingatlah) jangan mengucapkan perkataan yang terlarang ketika berziarah kubur.”
dapat melembutkan hati, meneteskan air mata dan mengingatkan pada kehidupan akhirat.
(Ingatlah) jangan mengucapkan perkataan yang terlarang ketika berziarah kubur.”
(HR. Hakim 1/376 dan selainnya dengan sanad hasan, lihat Ahkamul Janaiz hal.180).
An Nawawi
Dalam al Majmu’ 5/310 mengatakan
“Semula dikeluarkannya larangan tersebut disebabkan mereka baru saja terlepas dari masa jahiliyah. Terkadang mereka masih menuturkan berbagai perkataan jahiliyah yang batil. Tatkala fondasi keislaman telah kokoh, berbagai hukumnya telah mudah untuk dilaksanakan, berbagai rambunya telah dikenal, ziarah kubur diperbolehkan.”
Berdasarkan hal ini, ziarah kubur merupakan perbuatan yang dianjurkan oleh syariat sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Dulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, namun sekarang berziarah kuburlah kalian.”
(HR. Muslim nomor 977).
Beberapa ulama diantaranya alHazimi, alAbdari dan anNawawi meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama bahwa ziarah kubur diperbolehkan secara mutlak bagi lelaki, namun hal ini dikritik oleh alHafizh, disebabkan terdapat riwayat dari Ibnu Sirin,
Ibrahim an Nakhai dan asy Sya’bi bahwa mereka membenci ziarah kubur secara mutlak.
Ibrahim an Nakhai dan asy Sya’bi bahwa mereka membenci ziarah kubur secara mutlak.
Bahkan diriwayatkan bahwa asy Sya’bi pernah berkata,“SeandainNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melarang, tentulah aku akan menziarahi kubur anak perempuanku.” (Nailul Authar 4/164).
IV. KESIMPULAN
Jadi dari
penjelasan diatas ziarah kubur merupakan tradisi orang jawa, dan kita sebagai
umat islam juga dianjurkan oleh rasulullah untuk berziarah, jadi yang kita
lihat sekaramg orang jaea mengkeramatkan makam dan berziarah debgab membaca ayat-
ayat alqur’an ini merupakan percampuran budaya islam-jawa.
makalah
JENIS DAN
BENTUK KARANGAN
A. PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara kesatuan kita yang dijaga, dihormati oleh
masyarakatnya, Bangsa Indonesia yang beragam suku, budaya dan bahasa namun
tetap satu bahasa nasional yaitu Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa
Indonesia. Sebagai mahasiswa sekaligus bagian dari bangsa Indonesia, sudah
sepantasnya kita menjaga nilai-nilai dan makna yang terkandung dalam bahasa
khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa Indonesia. Semisal untuk
menulis sesuatu karangan yang menarik kita perlu berfikir Sebuah karangan yang
menarik,pertama kita harus tahu apa itu karangan beserta bentuk dan jenis-jenis
karangan itu sendiri. Karena pada dasarnya jika kita menulis sebuah karangan
maka mau tidak mau pasti akan tergolong pada suatu jenis karangan.
Dalam masalah ini, penulis mencoba membahasnya ke dalam “JENIS DAN
BENTUK KARANGAN”.
B. PEMASALAHAN
Dalam bahasa Indonesia begitu banyak macam dan bentuk kaidah-kaidahnya,
diantaranya terdapat jenis karangan dan tidak sedikit diantara para pelajar
yang mengerti benar tentang karangan dalam bahasa Indonesia, untuk menjelaskan
masalah ini dapat dikemukakan kedalam pokok-pokok pembahasan sebagai
berikut:
1.
Pengertian dari karangan.
2.
Jenis-jenis karangan dan pengertianya
3.
Bentuk-bentuk atau ciri-ciri karangan.
C. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Karangan
Karangan
merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan
dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima
jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
2.
Jenis-Jenis Karangan dan Pengertianya
a.
Alasan (Argumentasi)
Argumentasi adalah karangan yang
memberikan dalih untuk memperkuat pendapat/berita, menolak pendapat, meneguhkan
pendirian, atau memberi gagasan. Karangan
ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta
sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran
pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan
sebagai penyokong opini
tersebut.
b.
Kisahan (Narasi)
Kata narasi dari bahasa inggris narration
(cerita), narrative (yang menceritakan). Secara sederhana, narasi
dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu
urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu
konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok
sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot
atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau
alur.
Tipe karangan narasi menurut Endang dipilah menjadi dua,
karangan narasi yang berplot dan narasi factual. Karangan berplot adalah
pandangan karangan tentang ppengalaman hidup sebagai factor menuangkan ide.
Sedangkan karangan narasi factual adalah peristiwa penting dan berarti dalam
sejarah yang objektif.[1]
Narasi dapat berisi
fakta
atau fiksi. Narasi yang berisi fakta
disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi
sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah
pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung,
ataupun cergam.
c.
Paparan (Ekposisi)
Karangan ini berisi
uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan
tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar
atau statistik.
Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang
langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses. Dan
kata ekposisi berasal dari bahasa inggris exposition berarti
membuka atau memulai.
d.
Perian (Deskripsi)
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan
aktivitas yang sesuai dengan kondisi sebenarnya sehingga pembaca dapat
mencitrai (melihat, mendengar, mencium, merasa) apa yang dilukiskan itu sesuai
dengan citra penulisan. Kata deskripsi berasal dari bahasa ingris description
bermakna melukisan.
e.
Ajakan atau Bujukan (Persuasi)
Persuasi adalah karangan yang memikat pembaca agar mengikuti
harapan penulis dengan mengandalkan untaian bahasa ajakan. Persuasi
diilhami dari dari bahasa inggris to persuade bentuk infinitive, persuation
bentuk noun berarti membujuk atau meyakinkan.
3.
Bentuk-bentuk atau ciri-ciri karangan
a.
Ciri-ciri karangan argumentasi:
Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin sesuatu yang
kita sampaikan.
Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.
Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik, dan lain-lain.
Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian.
Penutup berisi kesimpulan.
Langkah
menyusun argumentasi:
1)
Menentukan topik/tema
2)
Menetapkan tujuan
3)
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4)
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik
yang dipilih
5)
Mengembangkan kerangka menjadi karangan
argumentasi
b.
Ciri-ciri karangan narasi
-
Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan
-
Dirangkai dalam urutan waktu
-
Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
-
Ada konfiks.
Langkah-langkah menulis karangan narasi
1)
Tentukan dulu tema dan amanat yang akan
disampaikan.
2)
Tetapkan
sasaran pembaca kita.
3)
Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan
ditampilkan dalam bentuk skema alur.
4)
Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan,
dan akhir cerita.
5)
Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam
detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.
6)
Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut
pandang
c.
Ciri-ciri karangan ekposisi
a.
Memaparkan definisi (pengertian).
b.
Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara
melaksanakan suatu kegiatan.
Langkah-langkah
menulis karangan ekposisi
1)
Menentukan tema
2)
Menentukan tujuan karangan
3)
Memilih data yang sesuai dengan tema
4)
Membuat kerangka-kerangka untuk mengembangkan
karangan
d.
Ciri-ciri karangan deskripsi
Menggambarkan
atau melukiskan sesuatu. Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya
dengan melibatkan kesan indera. Membuat pembaca atau pendengar merasakan
sendiri atau mengalami sendiri.
Langkah
menyusun deskripsi:
1)
Tentukan objek atau tema yang akan
dideskripsikan.
2)
Tentukan tujuan.
3)
Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang
akan dideskripsikan.
4)
Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik
(menyusun kerangka karangan).
5)
Menguraikan kerangka karangan
menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.
e.
Ciri-ciri karangan persuasi
Harus
menumbuhkan kepercayaan pembaca, harus menciptaka persuasion antar pembaca dan
panulis, harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang, harus fakta
Langkah-lankah menyusun persuasi
1.
Menentukan topik dan tujuan pembuatan karangan
persuasi
2.
Membuat kerangka-kerangka persuasi
3.
Mengumpulkan bahan untuk karangan pesuasi
4.
Menarik kesimpulan pada karangan persuasi
5.
Penutup karangan persuasi
D.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a. Karya tulis hasil dari
kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui
bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami itulah yang dinamakan karangan.
b.
Karangan dibagi menjadi lima jenis: narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi.
2.
Penutup
Demikianlah yang dapat kami
sampaikan dalam membahas makalah ini. Semoga dapat menjadi bahan kajian , dapat
menambah wawasan pemikiran kita. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca yang budiman.
REFERENSI
Endang Rumaningsih. 1993. Bahasa Indonesia.
CV. Triadan Jaya : Semarang
Rosyid, Moh. 2010. Bahasa Indonesia Menuju
Pengguna Bahasa yang Baik dan Benar. Idea Press : Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)